Seperti Mawar, itulah dirimu. Ku tanam di sini. Menunggumu mekar memang bukan waktu yang sebentar,tapi tak apa, aku akan tetap duduk di sini, ditempat dulu aku temukan batang dan pucukmu. Detik dan waktu bergulir selama itu, hingga terubus tunas mencuat memenuhi batang kayumu. Sampai pada akhirnya, aku dapati jambangan itu telah hilang, dan berpindah dari tempat ku menunggu. Aku berusaha simpan semua kecewa itu, memoles semua kepedihan dengan wajar dan senyum tenang meskipun sebenarnya, sakitku tak bisa ku tukar, dengan apapun. Engkau pergi wahai mawarku..
Aku hanya bisa berkirim do'a, ketika itu, semoga engkau selalu bersama bahagiamu,sebagaimana engkau impikan itu. Tapi jika kemudian aku dapati airmatamu di sana lagi, sungguh aku tak mengerti. satu tanya, mungkin yang bisa aku ucap, " Kenapa itu terjadi?" aku tak ingin juga tak berharap engkau menemukan sakitmu untuk yang kesekian kali..cukup sudah ceritamu untuk aku, dan sudah ku mengerti.
Demi engkau Mawarku, kutandangi bayangmu dalam gelap, berharap engkau bisa aku temukan di sana, walaupun kemudian tak aku dapat kan dirimu.
berlama lama aku simpan gulana itu.. gundah dan resah, menggerogoti tubuh umpamanya begitu. Namun kepastian khabar tak jua aku jemput, bak mamiri bernyanyi engkau lenyap di bawa angin..lama dan lama aku menunggu, tapi kepastian tak jua aku temukan, hingga akhirnya, ku biarkan diam mematung, beku dalam tanya tak berjawab. untuk mu sekedar tahu, jika rindu itu masih aku simpan, untuk aku berikan pada saatnya nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulis komentar anda di sini.