Browse: Home > Refleksi Hati > Tentang Aku yang sesungguhnya (Pengakuanku)
Home »
Refleksi Hati
»
Tentang Aku yang sesungguhnya (Pengakuanku)
Namaku Hartono. Panggilan sehari-hariku adalah TONO. Aku tidak tahu, apa alasan orang tuaku memberiku nama Hartono. Mungkin mereka punya harapan nama tersebut akan membawa berkah untuk aku, juga untuk mereka. Hartono dalam bahasa jawa bisa di artikan menjadi hartonono,yang artinya berilah harta. Seperti itulah biasanya orang desa kalau memberi nama untuk anaknya. Benar kata pepatah, bahwa dibalik nama tersimpan do'a. Doa yang di panjatkan oleh orang tuaku siang dan malam, supaya kehidupan kami, selalu diberkahi oleh rezeki yang berkecukupan. Seringkali airmata ini menetes tanpa aku sadari jika aku mengingat masa dimana ketika orang tua ku masih hidup. Masa dimana ketika kami masih berkumpul dalam gubuk kecil yang sangat-sangat sederhana sekali. Bersama Ayah, Ibu, Tiwi adikku yang perempuan, dan Anto, adik bungsuku. Akh, sebuah masa lalu yang Indah. Ingin rasanya aku kembali kemasa dimana aku dan adik-adik ku masih berkumpul bersama. Akh, mengapa tiba-tiba aku rindu wajah ibu. Ibu yang selalu melerai kami ketika kami bertengkar, Ibu yang selalu pelan kalau bicara, lembut kalau memberi nasehat. Ibu yang sekarang hanya tinggal kenangan. Juga Ayah, yang selalu mengajak kami jalan-jalan dengan sepeda tua, muter-muter menyusuri pinggir sungai, mengajak kami memancing, mengajari kami membuat pistol dari pelepah pisang, dan.. akh..
Ku usap wajahku dengan telapak tangan, setelah do'a kecil selesai aku panjatkan. Malam ini mengapa tiba-tiba aku rindu Tuhan? mengapa tiba-tiba aku rindu pada sajadah yang entah sudah berapa tahun di simpan tanpa pernah aku gelar. Mengapa tiba-tiba aku rindu untuk bersujud? Maapkan aku Ya, Allah..selama ini aku telah lupa pada diriku sendiri, lupa pada kelemahan seorang hamba yang tidak mempunyai kekuatan apa-apa selain atas bantuan dari_MU ya Allah.
Tiba-tiba aku merasa jijik dengan diriku sendiri. Aku merasa bahwa aku sebenarnya bukan manusia lagi. Tapi, jika aku katakan bahwa semua ini bukan aku yang minta, apakah itu salah? bukan keinginan hati untuk hidup meleset dari jalur kudrat yang seharusnya aku jalani.Pembelaanku sederhana saja, "dalam hati kecil aku sering berontak bahkan protes pada Tuhan akan kudrat dari nasib yang aku jalani sekarang. Satu pertanyaan saja " Apakah pernah ada, orang yang minta di lahirkan sebagai "GAY"? semua orang pasti menginginkan dirinya utuh dan normal, hidup pada garis normal. Tapi jika kemudian Tuhan mentakdirkan aku sebagai seorang Gay, apakah aku harus menolaknya? Tak pernah terbersit dalam hati saya jika hidupku kelak akan terpisah dari orang tua dan saudara, karena menuruti kata hati dan kemauan napsu. Hidup terpisah dari orang tua dan adik-adikku tersayang, mengelana di kota besar, hidup gemerlap dalam hujan lampu disco dan minuman keras, kemudian berakhir dengan pesta mesum kaum gay.
Akh, ranjang hotel yang empuk, apakah adik-adikku pernah merasakan ini? menu makan yang selalu gonta-ganti, apakah mereka juga pernah merasakan ini?
Tuhan, aku ingin akhiri semua ini.
var addthis_config = {"data_track_clickback":true};
Tentang Aku yang sesungguhnya (Pengakuanku)
Namaku Hartono. Panggilan sehari-hariku adalah TONO. Aku tidak tahu, apa alasan orang tuaku memberiku nama Hartono. Mungkin mereka punya harapan nama tersebut akan membawa berkah untuk aku, juga untuk mereka. Hartono dalam bahasa jawa bisa di artikan menjadi hartonono,yang artinya berilah harta. Seperti itulah biasanya orang desa kalau memberi nama untuk anaknya. Benar kata pepatah, bahwa dibalik nama tersimpan do'a. Doa yang di panjatkan oleh orang tuaku siang dan malam, supaya kehidupan kami, selalu diberkahi oleh rezeki yang berkecukupan. Seringkali airmata ini menetes tanpa aku sadari jika aku mengingat masa dimana ketika orang tua ku masih hidup. Masa dimana ketika kami masih berkumpul dalam gubuk kecil yang sangat-sangat sederhana sekali. Bersama Ayah, Ibu, Tiwi adikku yang perempuan, dan Anto, adik bungsuku. Akh, sebuah masa lalu yang Indah. Ingin rasanya aku kembali kemasa dimana aku dan adik-adik ku masih berkumpul bersama. Akh, mengapa tiba-tiba aku rindu wajah ibu. Ibu yang selalu melerai kami ketika kami bertengkar, Ibu yang selalu pelan kalau bicara, lembut kalau memberi nasehat. Ibu yang sekarang hanya tinggal kenangan. Juga Ayah, yang selalu mengajak kami jalan-jalan dengan sepeda tua, muter-muter menyusuri pinggir sungai, mengajak kami memancing, mengajari kami membuat pistol dari pelepah pisang, dan.. akh..
Ku usap wajahku dengan telapak tangan, setelah do'a kecil selesai aku panjatkan. Malam ini mengapa tiba-tiba aku rindu Tuhan? mengapa tiba-tiba aku rindu pada sajadah yang entah sudah berapa tahun di simpan tanpa pernah aku gelar. Mengapa tiba-tiba aku rindu untuk bersujud? Maapkan aku Ya, Allah..selama ini aku telah lupa pada diriku sendiri, lupa pada kelemahan seorang hamba yang tidak mempunyai kekuatan apa-apa selain atas bantuan dari_MU ya Allah.
Tiba-tiba aku merasa jijik dengan diriku sendiri. Aku merasa bahwa aku sebenarnya bukan manusia lagi. Tapi, jika aku katakan bahwa semua ini bukan aku yang minta, apakah itu salah? bukan keinginan hati untuk hidup meleset dari jalur kudrat yang seharusnya aku jalani.Pembelaanku sederhana saja, "dalam hati kecil aku sering berontak bahkan protes pada Tuhan akan kudrat dari nasib yang aku jalani sekarang. Satu pertanyaan saja " Apakah pernah ada, orang yang minta di lahirkan sebagai "GAY"? semua orang pasti menginginkan dirinya utuh dan normal, hidup pada garis normal. Tapi jika kemudian Tuhan mentakdirkan aku sebagai seorang Gay, apakah aku harus menolaknya? Tak pernah terbersit dalam hati saya jika hidupku kelak akan terpisah dari orang tua dan saudara, karena menuruti kata hati dan kemauan napsu. Hidup terpisah dari orang tua dan adik-adikku tersayang, mengelana di kota besar, hidup gemerlap dalam hujan lampu disco dan minuman keras, kemudian berakhir dengan pesta mesum kaum gay.
Akh, ranjang hotel yang empuk, apakah adik-adikku pernah merasakan ini? menu makan yang selalu gonta-ganti, apakah mereka juga pernah merasakan ini?
Tuhan, aku ingin akhiri semua ini.
Related Posts by Categories
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Loading
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulis komentar anda di sini.